Senin, 27 Oktober 2008

AL-QUR’AN : PARADIGMA KEHIDUPAN DAN IPTEK

Al-Qur’an adalah kitab suci yang wajib di-imani oleh seluruh kaum muslimin, bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dibacakan oleh Malaikat Jibril, yang menjadi mujijat walaupun dengan satu ayat saja, yang menjadi ibadat hanya dengan membacanya
Al-Qur’an sesungguhnya adalah buku petunjuk kehidupan untuk seluruh umat manusia, yang setiap saat harus kita baca untuk mendapatkan arti serta makna tentang kehidupan, karena ia merupakan “hudan linnas”, kamus petunjuk kehidupan manusia (QS. 2 : 3, 185)
Kamus kehidupan yang memuat kata-kata kunci yang sangat bermanfaat dalam berkomunikasi dengan Allah, dengan alam, dengan manusia lain, bahkan dengan egonya sendiri sebagai ego yang terbatas, untuk meraih kualitas spiritual dalam bentuk taqwa. Dan taqwa itu sesungguhnya dapat dibaca dalam lembaran kehidupan kita sebagai muslim yang mukmin.
Sikap masyarakat Islam terhadap Al-Qur’an dewasa ini masih belum sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kacamata untuk membaca mikro dan makro kehidupan ini, ternyata hampir tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kitab yang berusia hampir 15 abad ini, hanya dianggap sebagai “dokumen lama” yang sudah kehilangan ruh-nya. Al-Qur’an hanya menjadi penghuni pojok serambi mesjid. Menjadi benda sakral penangkal bala. Potongan-potongan ayatnya menghiasi dinding rumah dalambentuk kaligrafi. Padahal sesungguhnya Al-Qur’an adalah “hudan linnas”, yakni sebagai rujukan untuk kehidupan umat manusia.
Kebanyakan masyarakat Islam sekarang ini dalam bertingkah laku, berilmu pengetahuan, politik, ekonomi, social, pendidikan dan berbagai macam dimensi kehidupan lainnya, tidak lagi merujuk kepada petunjuk Al-Qur’an, Melainkan merujuk kepada kitab-kitab pseudo yang terdapat dlam buku-buku Ilmu Pengetahuan karya orang-orang barat, yang memuat pandangan hidup kapitalis, social, komunis, sekularis, materialis, yang kesimpulannya mengandung benih-benih “atheisme”. Buku-buku inilah yang menjadi petunjuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi modern dengan segala sektor kehidupan dewasa ini. Walaupun masih ada sebagian umat Islam yang sadar akan petunjuk Allah SWT., dan memakai Al-Qur’an sebagai referensi kehidupan dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), karena mereka meyakini bahwa Al-Qur’an adalah sumber kebenaran yang mutlak, yang tidak ada keraguan daripadanya, menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia di dunia. Mereka meyakini bahwa Al-Qur’an mampu menyelami masa silam, dan muncul di permukaan kehidupan masa kini, juga mampu menjangkau masa depan, yakni era globalisasi, era komunikasi dan informasi, tetapi jumlah mereka sangatlah sedikit.
Al-Qur’an adalah kitab tentang masa lalu, masa kini dan masa depan, yang mampu memberi petunjuk kepada kita untuk mengembangkan diri dalam rangka mengenal hakikat ciptaan Alah SWT. Al-Qur’an mengisyaratkan formula-formula IPTEK yang cemerlang di alam semesta yang belum tertangkap seluruhnya oleh ilmu pengetahuan manusia. Pantaslah jika Al-Qur’an mengklaim walaupun seluruh air lautan dijadikan tinta, tidak akan cukup untuk menguraikan ilmu Allah.
Berbagai macam persepsi terhadap Al-Qur’an yang beredar di tengah masyarakat Islam dewasa ini, dapat kita paparkan disini, yakni Al-Qur’an sebagai kitab sakral dan ritual, Al-Qur’an sebagai kitab legimitasi dan symbol, Al-Qur’an sebagai kitab umat manusia dan Al-Qur’an sebagai kitab ilmu pengetahuan.

A. Al-Qur’an sebagai Kitab Sakral dan Ritual
Al-Qur’an dipandang sebagai kitab sakral dan ritual merupakan gejala umum dalam masyarakat Islam di Indonesia yang sudah mengkristal dalam adat istiadat dan budaya. Al-Qur’an mempunyai status yang tersendiri dalam masyarakat. Al-Qur’an sebagai naskah, dianggap memiliki nilai yang “sakti” atau “bertuah”, yang mengandung daya penangkal bala. Al-Qur’an dianggap memiliki dinamika untuk menjauhkan seseorang dari mara bahaya, dianggap sebagai “azimat” baik dalam bentuk naskahnya yang utuh, potongan ayat-ayatnya, maupun huruf-huruf Al-Qur’an itu sendiri. Contohnya, pada kelompok masyarakat tertentu, meminum air rendaman kertas yang bertuliskan huruf “alif” (dalam huruf Arab), konon katanya karena “Alif” merupakan huruf pertama dari kata “Allah”, sehingga dianggap mempunyai nilai magis yang tinggi. Persepsi masyarakat seperti itu menimbulkan sikap penghargaan terhadap wujud fisik Al-Qur’an itu sendiri. Sebagai naskah Al-Qur’an tidak boleh diletakan di sembarang tempat, tidak boleh ditindih olrh kitab-kitab lain di atasnya, tetapi harus diletakan di tempat yang lebih tinggi, dicium, dijunjung di atas kepala. Itu semua menunjukkan gejala pemujuaan terhadap fisik Al-Qur’an yang berlebihan, sehingga dikhawatirkan akan dapat menghilangkan makna hakiki Al-Qur’an sebagai “hudan linnas”. Bukan petunjuk yang berada di dalamnya yang difungsikan, melainkan hanya menghormati “teks”nya saja.
Al-Qur’an sekarang ini berfungsi hampir hanya sebagai kitab ritual, yang dibaca dalam insiden-insiden tertentu. Al-Qur’an dibaca ketika mengadakan acara pernikahan, kehamilan, kelahiran serta upacara-upacara lainnya. Semua itu hanya bersifat protokoler untuk membuka acara sekedar memberi dasar formalitas Islami.. Al-Qur’an dibaca baru dalam tahap membuka dan menutup acara diskusi, seminar, symposium, musyawarah serta acara formalitas lainnya sebatas mengalunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara dan irama yang indah.
Al-Qur’an sebagai kitab ritual kadang-kadang hanya untuk memberi kesan Islami, tetapi tidak sampai menyentuh ke dalam jiwanya, hal itu karena Al-Qur’an belum dianggap sebagai petunjuk kehidupan dan direfleksikan dalam perilaku social. Sebagian masyarakat Islam baru mampu menangkap makna Al-Qur’an hanya sampai kepada batas sakral dan ritual sesuai dengan kualitas ke-islamannya.

B. Kitab Legimitasi dan Simbol
Sikap masyarakat yang menganggap Al-Qur’an sebagai kitab legimitasi dan symbol, guna memberikan justifikasi kepada keinginan pribadi dan fikiran subyektif, sesungguhnya hal seperti itu tidak dibenarkan. Al-Qur’an banyak disalah gunakan untuk penafsiran sepihak terhadap masalah-masalah kehidupan, dalam rangka melicinkan jalan untuk mencapai tujuan mereka. Gejala ini muncul tidak saja pada institusi tertinggi, tetapi banyak juga dipakai untuk membenarkan jalan fikiran penafsir, padahal hal itu belum tentu benar. Al-Qur’an sebagai alat legimitasi, banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mentafsirkannya secara spesifik disesuaikan dengan disiplin ilmunya. Akibatnya keterangan-keterangan yang berada di luar garis didiplin ilmu mereka, banyak yang tidak tersentuh.
Al-Qur’an sebagai symbol, terutama yang erat kaitannya dengan seni, ternyata banyak yang disalah gunakan. Akhir-akhir ini ayat Al-Qur’an banyak dikomersilkan dalam bentuk kalighrafi, mulai dari kartu lebaran, kaos oblong, hiasan dinding, bahkan pernah ada sepatu buatan China yang telapaknya bertuliskan kata “Allah” (dalam huruf Arab) sempat menghebohkan Arab Saudi. Kasus semacam ini punya tendensi tertentu yang tidak boleh dibiarkan, walau pun hanya sebuah nama. Apa arti sebuah nama ? Sesungguhnya di balik “nama” itu terletak eksistensi yang perlu dibela, agar tidak menimbulkan citra yang buruk. Ini suatu bukti bahwa umat Islam ternyata baru mampu menangkap kesan permukaan Al-Qur’an sebagai suatu symbol.

C. Kitab Umat Manusia
Allah SWT penguasa alam semesta yang tunggal, sudah tentu “petunjuk-Nya” berlaku untuk seluruh umat manusia di seluruh alam ini, termasuk Jin, sebagai “hudan linnas”. System ekologi alam menjadi milik seluruh umat manusia untuk dimanfaatkan sebagai kurikulum seluruh sector kehidupan. Sementara persepsi masyarakat Islam dewasa ini, menganggap seakan-akan system ekologi alam ini hanya milik umat Islam saja. Padahal sesungguhnya hal itu adalah milik seluruh umat manusia. Siapa saja boleh mengkaji Al-Qur’an, terutama hal-hal yang berhubungan dengan IPTEK. Dan sangat tidak mustahil bahwa Al-Qur’an sekarang ini sedang dikaji oleh umat non-muslim untuk kepentingan IPTEK ruang angkasa, sebab ternyata formula Al-Qur’an merupakan paradigma dan premis IPTEK modern, sedangkan umat Islam sendiri, masih tertatih-tatih mentafsirkan Al-Qur’an dari segi linguistik saja, untuk membedakan mana fi’il, mana fa’il, mana ism atau mana harf. Yang disentuh bukan masalah tetapi bahasanya, sehingga untuk mentafsirkan Al-Qur’an diharuskan belajar ilmu-ilmu nahwu-shorof bertahun-tahun, belum lagi ilmu-ilmu bantu yang lain, seperti ma’ani, bayan, balaghoh dan sebagainya, guna mengkaji Al-Qur’an secara Kauniyah. Sedangkan dewasa ini perkembangan IPTEK makin melesat ke atas dengan pesatnya untuk membuktikan hasil ciptaan “penguasa langit dan bumi”, dan spiral kehidupan yang begitu unik, penuh dengan fenomena-feomena Ilahiyyah. Mengapa kita, umat Islam, tidak pernah berusaha untuk memikirkan fenomena alam ini ? Mengapa tidak ada usaha yang keras untuk menjangkau ke arah sana ? Dan anehnya apabila umat non-muslim berhasil menggali isi Al-Qur’an, maka umat Islam cepat-cepat memberikan justifikasi, bahwa hal itu sudah lama tertulis dalam Al-Qur’an.
Karena Al-Qur’an dan alam semesta berasal dari “Yang Maha Satu”, dengan demikian tidak mungkin ada keraguan sedikit pun terhadap Al-Qur’an yang menjelaskan fenomena-fenomena kauniyyah. Ternyata masyarakat non-muslim lebih mengenal isi Al-Qur’an daripada umat Islam sendiri, yang anehnya apabila Al-Qur’an “disenggol” atau “tersenggol” sedikit saja, umat Islam lalu tersinggung dan kemudian membela mati-matian. Padahal pembelaan itu hanya bersifat fisik, karena barangkali ada orang yang tidak sopan dan usil, memegang Al-Qur’an yang berbentuk disket atau kertas dan tinta, tanpa bersuci terlebih dahulu. Pembelaan umat Islam seperti ini baru sebatas persepsi mereka tentang Al-Qur’an, yakni sebatas bentuk naskah, bukan isinya, sehingga ketika Al-Qur’an diputar balikkan menjadi isme-isme kapitalisme, komunisme, dan isme-isme lainnya yang berupa konsep-konsep terselubung dalam system pendidikan, social, ekonomi, politik, hokum serta dimensi lain dalam kehidupan ini, ternyyata umat Islam tidak mampu melihat kejahatan itu, mereka bahkan membelanya. Hal ini disebabkan karena umat Islam tidak pernah menyentuh isi Al-Qur’an, dalam artian menghayatinya, sehingga tidak tahu bagaimana cara untukl menyelamatkan Al-Qur’an dari serbuan dahsyat yang membantai habis-habisan aqidah, syari’ah dan akhlaq.
Dewasa ini Al-Qur’an mulai ditafsirkan oleh masyarakat non-muslim, terutama hal-hal yang menyangkut IPTEK. Al-Qur’an sekarang ini menjadi bahan kajian di universitas-universitas di dunia, baik secara tersembunyi atau pun secara terang-terangan. Al-Qur’an akan menjadi milik masyarakat dunia, karena ternyata Al-Qur’an mampu memberikan jawaban terhadap revolusi IPTEK. Karena itu bagi umat Islam, Al-Qur’an hendaknya bukan sekedar diyakini kebenarannya, tetapi juga diuji-coba untuk mengembangkan isyarat-isyarat Al-Qur’an mengenai alam semesta ini.

D. Kitab Ilmu Pengetahuan
Melalui ayat yang diterima pada saat wahyu pertama diturunkan Allah kepada Nabi saw, dapat diketahui pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan (QS 96 : 1–5)
“Bacalah - dengan menyebut Nama Tuhanmu yang menciptakan – menciptakan manusia dari “alaq” – Bacalah demi Tuhanmu Yang Maha Pemurah – yang mengajar manusia dengan kalam – mengajar manusia tentang apa-apa yang belum diketahuinya”
Iqro terambil dari akar kata yang berarti “menghimpun”. Dari menghimpun ini lahir berbagai macam arti, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca. Baik teks yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Ayat al-Alaq yang merupakan wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca. Ini berarti merupakan suatu anjuran kepada manusia untuk membaca, menelaah, meneliti, mendalami, dan mempelajari apa saja, dengan pengertian selama bacaan tersebut “bismirabbik”, yang berarti bermanfaat untuk segenap manusia dan alam semesta ini. Dari wahyu itu juga ditemukan petunjuk tentang pemanfaatan ilmu. Dengan “iqro bismirabbik” telah digariskan satu ketentuan oleh Allah, bahwa titik tolak atau motivasi pencarian ilmu, demikian juga tujuan akhir dari pencarian ilmu tersebut harus karena Allah. Jadi dalam Islam telah ada garis ketentuan, bahwa ilmu apapun materi pembahasannya harus bismirabbik atau dengan kata lain harus diberi nilai rabbany, harus mempunyai nilai-nilai spiritual. Obyek ilmu menurut para ilmuwan Muslim mencakup alam materi dan non-materi. Pemahaman dan pengembangan matyeri membuahkan teknologi. Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan manusia.
Menurut Al-Qur’an, manusia mempunyai potensi untuk meraih ilmu dan mengambangkannya atas izin Allah, karena itu bertebaran ayat-ayat yang memerintah manusia untuk menempuh berbagai cara guna mencapai tujuan tersebut. Menurut para ulama terdapat sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui, mempelajari dan memanfaatkannya. Secara tegas dan berulang-ulang Al-Qur’an menyatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dan ditundukkan oleh Allah untuk manusia
“Dia menundukkan untuk kamu apa saja yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya”. (QS 45 : 13)
Penundukkan tersebut secara potensial terlaksana melalui hukum-hukum atau yang ditetapkan Allah, dan potensi yang dianugerahkan kepada manusia. Dengan adanya potensi itu, tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidak mampuan alam semesta untuk membangkang kepada perintah dan hukum-hukum Allah, menjadikan para ilmuwan memperol;eh kepastian hukum-hukum Allah, yang mana semua ini mengantarkan manusia untuk dapat memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Allah. Keberhasilan inilah yang merupakan buah teknologi, yang pada gilirannya menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umat manusia.
Al-Qur’an sekarang makin laris dikaji oleh para ilmuwan, terutama bagi “muslim potensial”, yakni masyarakat non-muslim. Terbukti Al-Qur’an banyak memberikan informasi tentang IPTEK, yang makin hari makin nyata lewat kajian dan percobaan yang mengagumkan. Contohnya hasil percobaan pemotretan atas pegunungan-pegunungan di Nejed (Arab Saudi) oleh Telstar (satelit Amerika Serikat), ternyata diketahui bahwa gunung-gunung itu bergerak ke arah utara, ke arah Iran, sepanjang 3 inci setiap tahun. Informasi seperti ini terbukti sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an , bahwa gunung-gunung yang kelihatan oleh pandangan kita seolah-olah diam, padahal sesungguhnya gunung-gunung itu bergerak seperti awan (QS 27 An-Naml : 88). Jengkauan pengamatan empiri dan rasio kita terlalu lemah, dan akal kita tidak mampu mencerna bahwa gunung-gunung sedahsyat itu serta tertancap dengan kuat ke bumi, dikatakan dalam Al-Qur’an berjalan seperti awan. Tetapi ternyata hal itu sekarang telah dibuktikan oleh IPTEK sebagai perpanjangan pengamatan manusia.
Energi yang memutar roda kehidupan, adalah energi Allah yang diberikan kepada manusia dengan gratis. Silahkan sedot bahan bakar minyak, silahkan serap sinar matahari sepuas-puasnya, silahkan manfaatkan semua energi yang ada di alam ini. “Maka nikmat Tuhan kamu yang mana yang kamu dustakan ?” Ini adalah bunyi ayat Al-Qur’an di dalam surat Ar-Rahman, yang diulang-ulang sebanyak 31 kali, seolah-olah Allah menggugat kita yang tidak tahu diri, yang telah menggunakan nikmat Allah yang begitu melimpah, tetapi tidak pernah bersyukur kepada-Nya. Orang semacam ini beranggapan, bahwa dia lah satu-satunya penguasa alam, bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepuasan nafsunya. Alam harus dikuras, diserap, dibongkar untuk memenuhi hasrat nafsunya, dengan alasan demi pembangunan. Sementara itu Al-Qur’an memastikan bahwa kerusakan lingkungan udara, darat dan laut, akibat kelancangan tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, maka alam memukul balik manusia dalam bentuk polusi udara dan bencana alam, sebagai akibat dari perbuatan manusia sendiri (QS 30 Ar-Rum : 41)
Banyak peristiwa-peristiwa masa depan yang akan terjadi kelak, yang belum terjangkau oleh pengetahuan manusia. Peristiwa besar yang selalu diungkapkan Al-Qur’an adalah “Hari Semesta”, yakni hari kehancuran alam semesta yang dahsyat dan kita tidak atau belum mmpu membayangkannya. Hari tabrakan antara planet yang akan meledak dengan dahsyatnya. Gunung-gunung akan beterbangan seperti bulu burung yang tertiup angin. Inilah yang disebut “Hari Qiyamat”, akhir kehidupan alam semesta. Inilah hari masa depan yang pasti terjadi yang dijanjikan dalam Al-Qur’an, bacaan mulia yang harus dibaca, dipelajari dan diamalkan sebaik-baiknya dalam kehidupan kita. Saat Al-Qur’an mulai dikomunikasikan oleh berbagai institusi di dunia, maka Al-Qur’an akan menjadi paradigma dan dasar untuk memberi makna spiritual kepada IPTEK. Dunia akan damai apabila Al-Qur’an dipakai sebagai rujukan IPTEK. Tidak ada alternatif lain dalam kehidupan sekarang ini kecuali kembali kepada petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah adalah dua pusaka abadi untuk kehidupan manusia.
Abad ini masyarakat non muslim yang merupakan “muslim potensial” sangat berambisi mengkaji Al-Qur’an dalam kaitannya dengan IPTEK. Tampaknya sudah waktunya bagi kita umat Islam, untuk membentuk suatu lembaga yang terdiri dari ulama, cendekiawan muslim, dan ilmuwan-ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mentafsirkan Al-Qur’an, agar dapat menjadi pegangan dan pedoman hidup masyarakat Islam seutuhnya yang sesuai dengan petunjuk yang tercantum dalam Al-Qur’an itu sendiri.
Selain persepsi di atas, terdapat juga umat yang sadar akan eksistensi Al-Qur’an di tengah kehidupan. Mereka punya prinsip asumsi yang kuat, bahwa kebenaran satu-satunya hanya datang dari Allah lewat kitab “petunjuk”, yakni Al-Furqon yang mampu memisahkan Islam dari Sekularis, Islam dengan Materialis, Islam dengan Komunis. Sudah waktunya Al-Qur’an untuk dimasyarakatkan melalui berbagai upaya. Metode pendidikan perlu dikaji kembali, disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dengan memanfaatkan teknologi yang bersifat Islami. Jelas bagi kita semua, bahwa Al-Qur’an bukan saja merupakan kamus kehidupan dalam artian aqidah, syari’ah dan akhlaq saja, tetapi juga merupakan formula IPTEK dan kerja-kerja professional, maka yang perlu diluruskan, bukan ayat Al-Qur’an dengan cara mentafsirkan dalam bentuk argumen yang macam-macam, tetapi jalan fikiran kita lah sesungguhnya yang tidak beres itu perlu diperbaiki untuk mengetahui alur Al-Qur’an yang lurus.
Dari catatan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi beserta dengan hasil-hasilnya, disamping harus mengingatkan manusia kepada kekuasaan dan kebesaran Allah, juga harus mengingatkan juga bahwa manusia adalah khalifah, yang kepadanya harus tunduk segala sesuatu yang berada di alam semesta ini.
Akhirnya berpulang sebuah harapan kita kepada para ulama, cendekiawan muslim dan juga kepada kita semua, yakni sebuah masalah yang menggelitik kita, Apa sesungguhnya upaya kita sekarang ini untuk memasyarakatkan Al-Qur’an di tengah pembangunan dan perubahan social yang makin kompleks, agar masyarakat dapat mengubah persepsinya tentang Al-Qur’an, yang selama ini melekat pada budaya dan adat istiadat yang cenderung sudah mengkristal, sehingga Al-Qur’an benar-benar dipahami sebagai paradigma kehidupan, ilmu pengetahuan serta teknologi bagi seluruh umat Islam Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya.
Wallahu ‘alam


Bandung, Maret 2008

2 komentar:

Kyai Kanjeng Pati mengatakan...

Saya Ibu Rohani
ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKI di MALAYSIA. jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga dikampun,jadi TKI itu sangat menderita dan disuatu hari saya duduk buka internet dan tidak disengaja saya melihat komentar orang tentang.(AKI KUSMONO).dan katanya nomor yg di berikan oleh (AKI KUSMONO) bener-bener tembus 100% dan kebetulan juga saya sering pasan nomor:akhirnya saya coba untuk menghubungi.( AKI KUSMONO) dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor GHOIB, dan nomor GHOIB yg diberikan (AKI KUSMONO).ALHAMDULILLAH itu bener-bener terbukti tembus 100% yaitu:SINGAPORE 8697 dan saya sangat bersyukur kpd ALLAH S.W.T berkat bantuan AKI. kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk berkumpul dengan keluarga dan bisa juga buka usaha sendiri.mungkin saya tidak bisa membalas budi baik.( AKI KUSMONO) Saya IBU ROHANI bersama dengan keluarga besar, hanya bisa membalas dengan do'a semoga kebaikan (AKI KUSMONO) di bls oleh ALLAH S.W.T Aminnnnnn dan bagi teman" atau pung sahabat" saya yg menjadi TKI/TKW seperti saya,bila ada yg butuh bantuan hubungi saja langsung.Beliau (AKI KUSMONO) DI NOMOR HP: {_+6285244253247_} insya ALLAH beliau akan membantu anda dengan tulus.
Ini benar-benar KISAH NYATA dari saya seorang TKI MALAYSIA
SEMOGA BERMAMFA'AT BUAT KALIAN SMUA NYA DAN JANGAN PERNAH RAGU ATAU JANGAN PERNAH TAKUT,UNTUK MENGHUBUNGi AKI KUSMONO di nomor HP {_+6285244253247_}




Angka GHOIB:SINGAPURA

Angka GHOIB:HONGKONG

Angka GHOIB:MALAYSIA

Angka GHOIB:TOTO MAGNUM

Angka GHOIB:LAOS

Angka GHOIB:SIDNEY

Angka GHOIB:CAMBODIA

Angka GHOIB:CHINA

Angka GHOIB:KOREA

Angka GHOIB:TOTO KUDA

Angka GHOIB:ARAB SAUDI

Angka GHOIB:BRUNEI DARUSSALAM

Angka GHOIB:TAIWAN

Angka GHOIB:JEPANG

Angka GHOIB:THAILAND

Angka GHOIB:THAI LOTTO

Angka GHOIB:THAI LOTTERY

Angka GHOIB:TOKYO

Angka GHOIB:MACAU
TERIMAKASI...

Unknown mengatakan...

Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D