Minggu, 07 September 2008

SILSILAH PARA BUPATI SUKAPURA DARI DINASTI WIRADADAHA DAN KETURUNANNYA


1. Raden Ngabehi Wirawangsa, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha I, dipanggil Dalem Pasir Beganjing, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (!641 – 1674)


2. Raden Djajamanggala, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha II, dipanggil Dalem Tamela, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (1674)


3. Raden Anggadipa I, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha III, dipanggil dalem Sawidak, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (1674 – 1723)


4. Raden Subamanggala, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha IV, dipanggil Dalem Pamjahan, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (1723 – 1745)


5. Raden Secapati, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha V, dipanggil Dalem Srilangka, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1745 – 1747)


6. Raden Jaya Anggadireja, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VI, dipanggil Dalem Siwarak (1747 – 1765), berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja.


7. Raden Djajamanggala II, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VII, dipanggil Dalem Pasirtando (1765 – 1807), berkedudukan di Empang, Sukaraja.


8. Raden Anggadipa II, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VIII, dipanggil Dalem Sepuh (1807 – 1837), berkedudukan di Manonjaya.


9. Raden Tumenggung Danudiningrat (1837 – 1844), berkedudukan di Manonjaya


10. Raden Tumenggung Wiratanubaya, dipanggil Dalem Sumeren (1844 – 1855), berkedudukan di Manonjaya.


11. Raden Tumenggung Wiraadegdana, dipanggil Dalem Bogor (1855 – 1875), berkedudukan di Manonjaya.


12. Raden Tumenggung Wirahadiningrat, dipanggil Dalem Bintang (1875 – 1901), berkedudukan di Manonjaya.


13. Raden Tumenggung Prawirahadiningrat (1901 – 1908) berkedudukan di Tasikmalaya.


14. Raden Tumenggung Wiratanuningrat (1908 – 1937), berkedudukan di Tasikmalaya. Di masa pemerintahan ini, tepatnya 1 Januari 1913 Kabupaten Sukapura diganti nama menjadi Kabupaten Tasikmalaya.













TERAH SUKAPURA SAMPAI KEPADA
ENJEK ABDURRAZAK (SUMINTAWINATA)
BESERTA ANAK CUCU DAN BUYUTNYA



1. Sayyidina Ali bin Abi Tholib
(menikah dengan putri Nabi Muhammad saw., yaitu Sayyidah Fatimah Az-Zahra)

2. Sayyidus Syuhada Imam Husayn (cucu Nabi Muhammad saw.)

3. Imam Faqih Muqaddam ( abad 12 – 13 M )
(Keturunan cucu Nabi Muhammad saw., yaitu dari Imam Husayn)

4. Syekh Yusuf Al- Mukhrawi (wafat di Parsi)

5. Syekh Abdullah Wahab ( wafat di Makkah )

6. Syekh Muhammad Akbar Al Ansari
( wafat di Madinah )

7. Syekh Abdul Muhyi Al Khoyri
( wafat di Palestina )

8. Syekh Muhammad Al Alsiy
( wafat di Parsi )

9. Syekh Abdul Kholiq Al Idrus
( datang ke Jepara, Jawa, awal tahun1400 M,
menikah dengan putri mubaligh Gujarat,
yaitu Syekh Muhammad Akbar )

10. Raden Muhammad Yunus
( Wong Agung Jepara )

11. Raden Abdul Qodir ( Dipati Unus)
( menjadi Sultan ke II Demak )

12. Raden Abdullah
( menikah dengan putri ke III Maulana Hasanuddin – Banten, bernama Fatimah )

13. Raden Aryawangsa, menikah dengan putri istana Pakuan,
bergelar Sultan Muhammad Wangsa

14. Raden Suryadiningrat (th 1580 M), nama aslinya Adipati Suryawangsa, menikah dengan salah seorang putri Panembahan Senopati (Mataram), berputra Raden Ngabehi Wirawangsa.

15. Raden Ngabehi Wirawangsa, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha I,
disebut Dalem Pasir Beganjing, berkedudukan di Leuwiloa (1641 – 1674). Menjadi kepala daerah Sukapura beribukota di Sukakerta. Resmi diangkat bupati menjadi bupati Sukapura bergelar Wiradadaha I, yang menjadi cikal bakal dinasti Wiradadaha di Sukapura (Tasikmalaya)
Raden Tumenggung Wiradadaha diberi gelar oleh Sultan Agung (Mataram), yaitu Raden Ngabehi Wirawangsa, bupati Sukapura pertama, karena berjasa menumpas pemberontakan Dipati Ukur th. 1632 M.

16. Raden Jayamanggala (gelar Tumenggung Wiradadaha II mendapat sebutan Dalem Tamela). Berkedudukan di Leuwiloa – Sukaraja (1674).
Karena ada masalah dengan adiknya, yang menginginkan kekuasaan, maka Wiradadaha II difitnah dan dilaporkan ke Sultan Agung – Mataram, Wiradadaha II dihukum mati, jenazahnya dari Jawa dikirim ke Pasundan dimasukkan ke dalam peti (tamela), maka beliau disebut Dalem Tamela.
Keturunan Dalem Tamela takut oleh pamannya, Anggadipa, yang bergelar Dalem Sawidak ( disebut Dalem Sawidak karena beliau berputra 63 orang, dari beberapa istri. sawidak = 60), Dalem Sawidak berniat untuk menumpas mereka, karena beliau khawatir kalau-kalau mereka merebut kekuasaannya. Mereka lari bersembunyi ke daerah Karawang, tapi sekarang keturunan Dalem Tamela tidak mempermasalahkan lagi, mungkin itu atas jalannya sejarah, persaudaraan harus tetap dijaga, berjalan dengan baik.
Adapun putra beserta cucu Dalem Tamela (Tumenggung Wiradadaha II) yang bersembunyi di Karawang adalah :

Putranya : 1. Raden Indramanggala
2.Raden Ngabehi Indrajaya
3.Raden Singanata (Embah Guru Cibiuk)

.Cucunya : 1 Raden Indraputra (Embah Jayudin)
2.Raden Kidang Manggala
3.Raden Wiraningrat (Ki Sayan)
Mereka menyamar mengganti nama kebangsawanannya dengan nama-nama orang kebanyakan, karena takut dikejar pamannya
Dari Raden Wiraningrat (Ki Sayan) dengan istrinya Ratna Inten (Jainten) berputra :
1.Raden Somanata (Sayan)
2.Raden Gentur Pawestri (Gentur)
3.Raden Karna Sembada (Karsem)

Keturunannya dari Raden Somanata (Sayan),

Putra – putri Masna Mulyana adalah :

I. Galih Biantara Wiraningrat menikah dengan Gina Ragardenia; berputra :
1. Gagah Merudanda Wiraningrat
2. Galuh Lintang Kencana Wiraningrat

II. Lirih Laraswulan Wiraningrat menikah dengan Moch. Taufik Megantara, berputra :
1. Puti Ayu Rengganis Wiraningrat
2. Intan Ayu Pawestri Wiraningrat
3. Gema Mahendra Wiraningrat
4. Gandang Samudra Wiraningrat

III.Gilang Handaka Wiraningrat, menikah dengan Kiki Rejeki Mariam Risnawati berputra :
1. Rangga Pradipta Wiraningrat
2. Difa Dwipangga Wiraningrat

IV. Giri Pamungkas Wiraningrat menikah dengan Dian Ventri Ambarwati; berputra :
1. Safira Ayundara Wiraningrat
2. Bagas Maheswara Wiraningrat

Pusaka Sukapura yang dibawa oleh keturunan Dalem Tamela, berupa 3 buah golok yang berbentuk sama. Yang besar lebarnya disebut 3 jari (tilu ramo),
Yang sedang lebarnya disebut 2 jari (dua ramo), Yang kecil lebarnya 1 jari (hiji ramo).
Yang disebut 1 jari, lebarnya sesungguhnya lebih dari 2 jari.
Yang 3 jari ada di Rd. Suhud (alm) mantan Pj. Bupati Karawang.
Yang 2 jari ada pada Drs. Arifin.
Yang 1 jari ada pada KH. Yoyo Sunaryo Setiamulyana.
Yang lainnya, seperti : Payung Bawat, Sempono Kinjeng, masih berada di Musium Sukapura.

17. Raden Anggadipa I, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha III, disebut Dalem Sawidak, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (1674 – 1723 )

18. Raden Subamanggala, bergelar Rd. Tumenggng Wiradadaha IV, dipanggil Dalem Pamijahan, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (1723 – 1745 )

19. Raden Secapati (Raden Tumenggung Wiradadaha V), disebut Dalem Srilangka, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (174 – 1747 )

20. Raden Jaya Anggadireja (Raden Tumenggung Wiradadaha VI), disebut Dalem Siwarak (1747 – 1765 ), berkedudukan di Leuwiloa - Sukaraja

21. Raden Jayamanggala II (Rd. Tumenggung Wiradadaha VII), disebut Dalem Pasirtando (1765 – 1807 ), berkedudukan di Empang, Sukaraja

22. Raden Anggadipa II (Rd. Tumenggung Wiradadaha VIII), disebut Dalem Sepuh (1807 – 1837 ), berkedudukan di Manonjaya

23. Raden Tumenggung Danudiningrat (1837 – 1844 ), berkedudukan di Manonjaya

24. Raden Tumenggung Wiratanubaya, disebut Dalem Sumeren ( 1844 – 1855 ), berkedudukan di Manonjaya

25. Raden Tumenggung Wiraadegdana, disebut Dalem Bogor ( 1855 – 1875 ), berkedudukan di Manonjaya

26. Raden Tumenggung Wirahadiningrat, disebut Dalem Bintang ( 1875 – 1901 ), berkedudukan di Tasikmalaya.

27. Raden Tumenggung Prawirahadiningrat (1901 – 1908 ), berkedudukan di Tasikmalaya

28. Raden Tumenggung Wiratanuningrat (1908 – 1937 ), berkedudukan di Tasikmalaya. (Pada masa pemerintahan ini, tanggal 1 Januari 1913, kabupaten Sukapura diganti nama menjadi kabupaten Tasikmalaya).

- Gelar resmi Bupati Dinasti Wiradadaha dan keturunannya menggunakan kata “NINGRAT”

- Gelar resmi Bupati Sumedang menggunakan kata
“DINATA” atau “DILAGA”

- Gelar resmi Bupati Banten menggunakan nama “WANGSA”

- Keturunan Mataram mengunakan gelar “NGABEHI”

- Gelar Wiradadaha untuk Dalem Sukapura mencapai yang ke VIII
- Eyang Wiraha bukan ayah Rd. Ngabehi Wirawangsa, tetapi mertuanya, atau mungkin ayah angkatnya.

Keterangan :

- Hal ini terjadi suatu percampuran darah (pernikahan), yaitu dari ulama-ulama tasawuf yang berasal dari Arab, Persia, Gujarat, Prabu Brawijaya Pamungkas (Raja Majapahit terakhir), Demak, Sukapura, Sumedang, Cirebon dan Banten.

- Muhammad Yunus menikah dengan putri pembesar Majapahit, mendapat gelar Wong Agung Jepara, mempunyai putra Abdul Qodir bin Yunus (Dipati Unus)

- Khaliqul Idrus menikah dengan putri seorang mubaligh Gujarat yang lebih dahulu datang ke tanah Jawa (keturunan Maulana Akbar). Putra Maulana Akbar yaitu Syekh Ibrahim Akbar menjadi pelopor da’wah di Tanah Campa (delta Sungai Mekhong, Kamboja, sampai sekarang masih ada perkampungan Muslim).
Putra Syekh Ibrahim Akbar dikirim ke tanah Jawa, yaitu Raden Rahmat (Sunan Ampel) beserta adik perempuannya lain ibu (asal Campa), menikah dengan Raja Brawijaya Pamungkas (Raja terakhir Majapahit). Mempunyai putra bernama Raden Patah, yang kemudian menjadi Sultan Demak pertama, bergelar Alam Akbar Al-Fatah. Prabu Brawijaya masuk Islam, tapi secara sembunyi-sembunyi

- Raden Abdullah (putra Pati Unus) menikah dengan putri ke III Maulana Hasanuddin (Banten)

- Untuk mengusir Portugis di Malaka th 1511, Demak mempererat hubungan dengan kesultanan Banten – Cirebon, yang masih keturunan Syekh Maulana Akbar dari Gujarat. Karena Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah adalah keturunan Syekh Maulana Akbar, sedang Raden Patah, ibundanya cucu Syekh Maulana Akbar yang lahir di Campa.
Pati Unus neneknya dari pihak ayah juga keturunan Syekh Maulana Akbar. Pati Unus menikah dengan putri Sunan Gunung Jati, yaitu Ratu Ayu Putri. Setelah Raden Patah mangkat tahun 1518, diganti oleh Pati Unus (menjadi Sultan Demak ke II).
Pati Unus gugur pada ekspedisi jihad ke II th. 1521 ketika mengusir Portugis di Malaka. Panglima perang diganti oleh Fadhullah Khan, disebut Faletehan (Fatahillah). Janda Dipati Unus (putri Sunan Gunung Jati) menikah dengan Faletehan.
Dipati Unus, Sultan Demak II diteruskan oleh adik iparnya Pangeran Tranggono (Sultan Demak III)

- Sumedang Larang, yang pusat pemerintahannya di Kutamaya, dipimpin oleh Prabu Geusan Ulun (1580 – 1608); sepeninggal Geusan Ulun kekuasaan Sumedang Larang diwariskan kepada anak tirinya, yaitu Raden Aria Suriadiwangsa (1608 – 1624). Karena terjepit oleh ketiga kekuasaan (di sebelah timur Mataram, di sebelah barat Banten dan Kompeni), Aria Suriadiwangsa memilih menyerahkan diri ke Mataram, karena ibunya, Ratu Harisbaya, adalah saudara Raden Sutawijaya. Akhirnya Sumedang menjadi kabupaten dibawah Mataram, Aria Suriadiwangsa bergelar Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata (Rangga Gempol I, th 1620 – 1624).

- Akibat pemberontakan Dipati Ukur, daerah Priangan dibagi menjadi 4 Kabupaten :

1. Sumedang, Rangga Gempol II
2.Sukapura, Wirawangsa, Umbul Sukakerta, bergelar Tumenggung Wiradadaha
3.Bandung, Astamanggala, Umbul Cihaurbeuti, bergelar Tumenggung Wiraangun-angun.
4.Parakan Muncang, Somahita, Umbul Sindangkasih, bergelar Tumenggung Wira Tanubaya


Bandung, 10 Januari 2008

Disalin oleh : Masna Mulyana

Tgl. 1 Muharam 1429 H
Tahun Jawa 1941 tahun Jim awal

Sumber : Dari Internet dan dari Orang tua.